Perbedaan antara hemat dan pelit memanglah tipis, sehingga masih banyak orang yang kebablasan. Niatnya hemat untuk diri sendiri, malah berlebihan menjadi pelit terhadap diri sendiri. Hal ini sering terjadi pada client saya terutama yang baru saja bangkit dari keterpurukan.
Memang ada 2 masalah umum yang sering terjadi pada orang yang baru pegang uang / pegang uang kembali (bangkit dari keterpurukan). Pertama, boros karena norak dan yang kedua, pelit karena takut miskin.
Boros karena norak
Orang yang baru pegang uang / baru pegang uang kembali sering memiliki kecenderungan ini, lapar mata, kalap belanja tanpa tujuan, dan lain sebagainya. Biasanya dia memaksakan membeli hal yang di luar kemampuannya padahal hal tersebut bukanlah hal yang mendesak.
Bukan hal yang aneh jika biaya untuk lifestyle orang-orang seperti ini melebihi pemasukannya. Seringkali orang seperti ini terjebak pada permasalahan yang sama yaitu hutang.
Pelit karena takut miskin
Hal yang sebaliknya terjadi pada kasus kedua ini. Ketika orang seperti ini memiliki uang justru yang dilakukannya adalah langkah penghematan berlebih alias pelit. Menekan semua keinginan dan kebutuhannya semaksimal mungkin karena takut ketika ia mengikuti keinginan dan kebutuhannya tersebut maka ia akan kekurangan uang kemudian hari.
Orang yang terjebak dalam keadaan seperti ini mungkin lupa, bahwa dirinya membutuhkan reward atas hasil jerih payahnya memutar otak, membanting tulang, berusaha mencari penghasilan. Ia pun lupa bahwa ia butuh semangat dan dorongan ekstra untuk bisa berkembang. Dalam keadaan seperti ini masalah utamanya ada pada dirinya sendiri, iya merasa dirinya belum layak untuk mendapatkan apa yg ia butuhkan juga inginkan.
Contoh Kasus
Mari kita kembalikan lagi definisi hemat, hemat adalah membelanjakan sesuatu yang termasuk kebutuhan penting dan sifatnya tidak bisa ditunda.
Contohnya si A. A membutuhkan hp baru untuk menyokong aktivitas toko online nya karena hp yang dimiliki sekarang sudah tidak memadai. Padahal alasannya jelas karena lemot, penyimpanan kecil, dan kamera jelek. Si A tahu, jika ia membeli hp baru ada nilai plus untuk dia, yaitu dia bisa tampil lebih percaya diri dengan hp barunya. Dalam konteks ini membeli hp bukanlah pemborosan namun langkah tepat, karena si A tahu apa yang dia butuhkan dan apa yang dia inginkan. Terlebih ia memiliki budget untuk membeli hp baru tersebut.
Kita buat perumpamaan ketika si A menekan untuk tidak membeli hp baru. Ia bisa saja tidak maksimal melayani pembeli toko online nya karena hp nya lemot dan kameranya jelek. Menghadapi hal seperti ini bisa saja membuat si A menjadi kurang semangat dalam mengembangkan toko online-nya. Ini bukan hemat, tapi pelit. 😉
Skenario kedua, ketika si A memutuskan membeli hp baru. Benar ada uang yang keluar. Namun dibalik itu, ia punya fasilitas untuk mengembangkan toko online-nya. Kamera yang bagus, hp yang tidak lemot, penyimpanan untuk gambar barang tokonya besar. Selain itu tambahan rasa percaya dirinya meningkat karena dia punya hp dengan tampilan keren. Dengan fasilitas baru ini ia akan mendapatkan dorongan semangat untuk lebih memajukan usahanya dan menghasilkan lebih besar daripada sebelumnya.
Sadari Kebutuhan Anda
So, tidak perlulah Anda pelit terhadap diri Anda sendiri. selama Anda tahu apa yang Anda inginkan dan butuhkan, Anda tahu tujuannya dan manfaat jika Anda membelinya, Anda tahu bahwa hal tersebut merupakan prioritas, serta tentu budget-nya ada, PENUHILAH. Memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda sama dengan melatih diri Anda untuk merasa LAYAK! Anda layak bahagia, Anda layak mendapatkan apa yang Anda butuhkan juga inginkan! Dengan begitu Anda bisa berkembang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Selanjutnya setelah berjalan di jalur yang tepat? Istiqamah!
Semoga bermanfaat!