Pernahkah Anda merasa bahwa Anda berputar-putar di permasalahan yang sama? Atau mungkin pernahkah Anda merasa bahwa inti persoalan di hidup Anda masih tetap di situ-situ saja meski bentuknya kadang berbeda-beda? — 3 Prinsip Dasar Sederhana Untuk Terbebas dari Lingkaran Setan.
Jika hal tersebut Anda rasakan terjadi pada Anda, maka pernahkah Anda berpikir apakah ada yang salah dari diri Anda? Dari pengalaman saya bergelut di dunia pikiran manusia, jebakan pikiran atau sering kita sebut “lingkaran setan”, sadar atau tanpa sadar tercipta dari pikiran kita sendiri. Pikiran yang terpengaruh oleh emosi bisa membuat radar yang kita miliki gelap sehingga yang seharusnya berjalan lurus kita malah putar balik kembali ke arah sebelumnya. Dalam kondisi rumit sangat mungkin sudut pandang kita melihat permasalahan yang sedang dihadapipun akan rumit, mislead, bukan malah selesai tapi malah bikin pusing.
Kali ini saya ingin berbagi tentang 3 Prinsip Dasar Sederhana yang bisa Anda coba agar bisa segera keluar dari jebakan pikiran yang membelenggu Anda.
1. Don’t Try to Control What You Can’t Control
Sifat suka mengontrol memang tak bisa dipungkiri ada pada manusia. Keinginan untuk mengontrol keadaan, memastikan bahwa semua hal bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan dan juga harapkan jelas ada. Tapi disini letak jebakannya. Ketika kita put effort untuk melakukan control di hal yang sebenarnya tidak memiliki hak akses. Kita justru akan terjebak pada satu emosi negatif yang cukup berbahaya yaitu Trying Too Hard. Bahasa sederhananya ngoyo alias terlalu maksa. Padahal trying too hard ini termasuk emosi negatif yang banyak pengaruhnya, karena merupakan faktor kali dari emosi negatif lain yang ada.
Ketika kita trying too hard dalam melakukan sesuatu, secara tak langsung ekspektasi atas hasil dari sesuatu yang kita push tersebut akan meningkat. Sehingga ketika hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi kita semua emosi yang muncul punya faktor kali. Semisal kecewa, kecewa kita berkali-kali lipat dari biasanya atau ketika kita marah, kemarahan kita berkali-kali lipat daripada biasanya.
Prinsipnya sederhana, control itu bukan suatu hal yang buruk kok. Hanya saja kita harus bisa memanage-nya.
Coba bayangkan jika Anda melintasi pintu kereta api, saat itu lampu merah sudah menyala tandanya pintu akan ditutup karena kereta akan lewat dan para pengguna jalan diharapkan berhenti di belakang pintu/portal tersebut sampai si kereta lewat, baru kemudian bisa kembali melanjutkan perjalanan. Sementara saat itu Anda merasa harus buru-buru sampai tujuan tidak peduli ada kereta, Anda berusaha mengontrol agar kereta tidak lewat dulu sampai Anda berhasil selamat menerobos portal tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya? Bisa jadi Anda tertabrak oleh kereta tersebut karena Anda tidak mempunyai hak akses untuk melakukan control yang Anda inginkan.
So, mari petakan mana hal dan teritori yang bisa Anda control, mana yang tidak bisa. Beri control terbaik di domain yang memang Anda miliki hak aksesnya. Begitu juga Anda , saya, dan siapapun. Daripada berekspektasi dan memaksakan kontrol atas perubahan keadaan, sikap, dan lain sebagainya kepada orang lain, akan jauh lebih baik ketika kita membenahi apa yang memang ada pada kita terlebih dulu.
2. Fokus Kepada Solusi, Bukan Fokus Kepada Masalah
Pertanyakan kembali apa yang ingin Anda tuju. Apakah ingin menyelesaikan masalah tersebut? atau Ingin berlama-lama hanyut disitu? Logika sederhananya jika ingin bisa menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi, apa yang harus kita lakukan? Terus-menerus membahas masalah tersebut? Lari dari masalah? Atau ngedumel? Tentu masalah tidak selesai jika seperti itu. Jawaban yang tepat adalah CARI SOLUSI. Ya, Fokus mencari solusinya. Kedengaran sederhana kan? Memang sederhana.
Bayangkan ketika Anda belum lulus ujian matematika dan Anda harus melakukan remedial. Untuk bisa lulus kira-kira apa yang harus Anda lakukan? Belajar bahasa inggris? Mengeluh? Jelas harus belajar matematika solusinya, lebih detailnya belajar di hal-hal khusus dimana Anda belum menguasainya.
Begitu juga dengan apa yang sedang kita hadapi. Namun jika kita sudah masuk dalam jebakan, untuk keluarnya agak tricky sih karena Anda berhadapan dengan diri Anda sendiri yang tentu penuh dengan subjektifitas, tapi tenang lagi-lagi kabar baiknya Anda bisa.
3. KISS
KISS disini bukan berarti saya menyarankan Anda untuk berciuman agar dapat keluar dari masalah lho ya. ?K KISS disini berarti Keep It Simple Stup*d.
Background saya di bidang IT membuat saya sering dicekoki bahwa proses yang ditempuh sebisa mungkin harus efektif dan efisien. Caranya tentu dengan Keep It Simple, karena jika kita malah memperumit itu artinya kita Stup*d. ?
Keep it simple disini juga bukan melulu berarti bahwa kita melakukan simplifikasi secara brutal terhadap segala hal. Bukan juga jadi terkesan menyepelekan, tapi justru kita dibuat lebih bijak melihat konteks permasalahannya. Jika masalahnya rumit, maka kita bisa melakukan simplifikasi dengan cara membaginya menjadi bagian-bagian kecil untuk kita selesaikan. Jika masalahnya sudah simple bin sederhana? Ya tinggal diselesaikan ga perlu kita sederhanakan lagi. Sederhana bukan?