Kemarin, teman saya, Darmo bercerita bahwa dia baru saja ditegur oleh mertuanya karena anaknya cedera saat bermain. Menurut mertuanya seharusnya teman saya itu menjaga dan mengikuti anaknya kapan pun dan dimana pun. Si Darmo ini misuh-misuh ke saya, “Lah gue aja yang orangtuanya biasa aja, lagian ya kan anaknya tuh laki, lecet dikit sih wajar. Mertua gue tuh gak mau cucunya lecet atau ngerasain sakit padahal kan itu bisa jadi proses belajar.”
Rasa sakit adalah bagian dari proses belajar.
Saya setuju dengan statement teman saya ini bahwa rasa sakit adalah bagian dari proses belajar. Bahkan dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya sekedar cedera saat bermain, rasa sakit ini bisa menjadi pembelajaran dalam perjalanan hidup.
Di dalam menjalani kehidupan, tentunya tidak selalu hal-hal yang menyenangkan saja yang kita alami. Terkadang, atau malah seringnya kita dihadapkan pada masalah yang bisa membuat kita kecewa dan menyisakan sakit di hati.
Saat terjatuh dan mengalami kegagalan, di awal kita pasti merasa terpukul, kecewa, sakit dan bahkan marah namun sesungguhnya dari kegagalan itu membuat kita bisa lebih berhati-hati dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Kita akan lebih bijak dalam memilih apakah keputusan yang akan diambil itu sudah baik dan dapat berjalan dengan benar atau malah akan berakibat buruk bagi kehidupan kita.
Rasa sakit akibat kegagalan juga bisa mengajarkan kita bagaimana caranya berjuang dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Kita juga bisa menyadari bahwa sesuatu yang baik memang membutuhkan usaha yang sangat kuat dan kesabaran yang ekstra. Selain itu, dengan adanya rasa sakit kita bisa menjadi manusia yang tahan uji, kita bisa dengan luwes menentukan sikap dalam kondisi apapun, bahkan dalam kondisi yang terburuk sekalipun.
Kita juga bisa semakin cerdas dan kreatif dalam menemukan solusi atas masalah yang kita hadapi. Dan pada akhirnya kita akan semakin dewasa dalam mengekspresikan sikap yang tepat dalam berbagai kondisi. Kita juga bisa lebih menghargai kegagalan itu sendiri.
So, marilah belajar dari hal yang menyakitkan, toh ada manfaatnya juga kan? 😀