Setiap manusia pasti harus melalui suatu proses dalam setiap fase kehidupannya, tidak terkecuali anak-anak. Dua minggu ini bisa dikatakan menjadi hari-hari yang (lumayan) berat untuk anak-anak sekolah (juga orangtuanya), karena mereka sudah mulai kembali ke sekolah setelah libur panjang yang artinya mereka harus mengembalikan semangat dan kebiasaan-kebiasaan diri untuk sekolah lagi. Begitupun untuk anak-anak yang baru memulai fase sekolahnya. Ada sebagian dari mereka yang menghadapi fase ini dengan biasa-biasa saja, namun sebagian lainnya sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan segala kebiasaan baru, lingkungan baru, dan orang-orang baru. Ada yang mengekspresikannya dengan menangis, tidak mau masuk ke kelas bahkan ada yang sampai tidak mau pergi ke sekolah. — Memberi Anak Waktu Untuk Menikmati Sebuah Proses
Zaydan, anak pertama saya dan satu-satunya (karena memang baru satu hehe) termasuk anak yang (terlihat) sedikit kesulitan menghadapi rutinitas dan lingkungan baru sebagai “anak sekolah”. Dari rumah Ia tampak sangat bersemangat karena ini memang keinginannya sejak setahun lalu yang baru saya kabulkan sekarang. Tapi ketika tiba di sekolah Ia tampak tegang dan sedikit kaget melihat banyak orang baru dengan berbagai karakter yang mengakibatkan Ia menangis hingga tidak mau masuk ke kelas dan hanya ingin ditemani bermain di luar oleh saya, hal ini berulang sampai memasuki minggu ke-2 sekolah. Ketika beberapa kali ditanya alasan mengapa Ia seperti itu, jawabannya selalu sama, yaitu tidak mau jauh dari Ibu.
Melihat dari contoh Zaydan, beberapa faktor tentu mempengaruhi kondisi tersebut, salah satu yang paling mungkin adalah ketakutan berpisah dengan orang yang selama ini selalu ada di sampingnya yaitu Ibu.
Berikut ada beberapa tips yang bisa dipraktekkan untuk menghadapi kondisi anak seperti tersebut diatas:
1. Sabar
Menghadapi anak-anak dengan segala macam keunikannya tentu membutuhkan stok sabar yang tak terhingga. Mereka tidak bisa dihadapi dengan omelan-omelan bersifat memaksa yang hanya akan membuat anak semakin tidak mau mendengar perkataan kita dan parahnya bisa saja menimbulkan trauma sehingga malah tidak mau masuk sekolah lagi, wah jangan sampai ya.
2. Ajak Berdiskusi, Beri Penjelasan dan Dengarkan
Seringkali kita sebagai orang dewasa menganggap anak tidak bisa diajak “bicara”, padahal mereka juga bisa lho diajak berdiskusi. Mereka akan mengutarakan pendapat sehingga kita tau treatment apa yang bisa diberikan. Jangan lupa untuk selalu mendengar pendapat mereka, dengan begitu mereka akan merasa dihargai sehingga akan lebih mudah menerima penjelasan kita.
3. Tidak Membandingkan Anak Kita dengan Anak Lain
Ingat bahwa setiap anak adalah spesial dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Mungkin anak kita kurang menguasai bidang A tetapi sangat ahli dalam bidang B. Sebaliknya, temannya ahli dalam bidang A tapi kurang dalam bidang B. Jadi, jangan pernah membandingkan anak kita dengan temannya, alih-alih berbicara “temen kamu aja gak nangis, masa kamu nangis?” kita bisa lho memperhalus bahasa kita misalnya “kamu hebat lho, dari rumah udah semangat sekolah, sekarang udah di sekolah main yuk sama teman-teman lain, mereka juga gak nangis”. Sedikit banyak trik ini bisa membangkitkan semangat anak kita yang tadinya takut akhirnya mau bergabung dengan teman-temanya.
4. Buat Perjanjian dan Konsisten
Setelah kita memberi penjelasan kepada anak, cobalah untuk membuat perjanjian dengannya. Misalnya “Ibu nunggu kamu hanya sampai akhir pekan ini aja ya, pekan depan kamu sudah bisa sendiri” . Setelah perjanjian dibuat tentu kita harus konsisten menjalankannya. Ketika kita meninggalkan anak di sekolah sesuai perjanjian kemudian anak menangis, biarkan. Jangan terpengaruh walaupun hati orangtua mana yang tidak iba mendengar tangisan anaknya, toh ada Ibu guru yang akan meng-handle anak kita. Terkesan tega tetapi ini sangat dibutuhkan untuk pembentukkan karakter anak, selain itu anak juga akan ikut belajar konsisten atas apa-apa yang sudah disepakatinya.
5. Beri Anak Waktu Untuk Menikmati Prosesnya
Jika 4 tips diatas dirasa belum berhasil membuat anak kita mau dengan senang hati mengikuti setiap kegiatan di sekolah, artinya Ia hanya belum merasa nyaman dengan keadaan barunya. Selanjutnya yang harus kita lakukan adalah memberi Ia waktu untuk menikmati prosesnya. Ia butuh waktu sedikit lebih lama untuk bisa menguasai keadaan barunya tersebut untuk akhirnya bisa merasa nyaman. Pada saatnya nanti Ia sudah merasa nyaman, Ia akan bisa mengikuti kegiatan di sekolah dengan suka cita sendirinya. Bukan hanya orang dewasa yang perlu waktu, ternyata anak-anak juga ya, hehehe.
Demikian beberapa tips yang bisa saya bagikan, semoga ada manfaat yang bisa diambil ya. Terimakasih 😉