• Parenting

Otoriter vs Kasih Sayang: Panduan Lengkap Parenting Seimbang untuk Orangtua Modern

-

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

“Kamu harus dapat nilai A!”

“Jangan main HP terus!”

“Pulang telat lagi? Dihukum!”

Berapa kali kita dengar kalimat-kalimat seperti ini? Atau mungkin kita sendiri yang mengucapkannya ke anak kita? Nggak heran sih, namanya juga pengen yang terbaik buat anak. Tapi tunggu dulu, ada sesuatu yang penting banget yang sering kita lupakan nih.

Sebagai orangtua, kadang kita terlalu fokus sama aturan dan disiplin. Kita mikir, “Ah, yang penting anak nurut dan berprestasi.” Tapi coba deh kita flashback ke masa kecil kita. Yang paling kita ingat apa? Momen-momen hangat bareng keluarga kan? Bukan hukuman atau omelan yang kita dapat.

Fenomena Toxic Parenting di Indonesia

Kita sering denger istilah “toxic parenting” belakangan ini. Di Indonesia sendiri, pola asuh otoriter masih dianggap normal dan bahkan dipuji. “Ah, anaknya pasti pinter tuh, orangtuanya keras soalnya!” Mindset seperti ini yang perlu kita ubah bareng-bareng.

Toxic parenting nggak cuma soal kekerasan fisik lho. Kata-kata kasar, ancaman, atau bahkan silent treatment juga termasuk. Banyak orangtua yang nggak sadar kalau cara mereka mendidik sebenernya bikin anak trauma.

Dampak Pola Asuh yang Kebanyakan Aturan

Penelitian terbaru di bidang psikologi anak menunjukkan kalau anak-anak yang dibesarkan dengan terlalu banyak aturan tanpa diimbangi kasih sayang bisa mengalami:

– Kesulitan mengembangkan kepercayaan diri

– Masalah dalam menjalin hubungan sosial

– Stres dan kecemasan berlebihan

– Kesulitan mengambil keputusan sendiri

– Takut gagal dan perfeksionis yang nggak sehat

– Mudah depresi dan burnout

– Sulit mengekspresikan emosi

– Rendah diri dan selalu membandingkan diri dengan orang lain

Adik saya, seorang guru SD di kabupaten, berbagi pengalamannya: “Saya sering ketemu anak-anak yang prestasi akademiknya bagus, tapi kondisi mentalnya memprihatinkan. Mereka takut gagal, takut mengecewakan orangtua, sampai ada yang stres berat. Padahal masih SD.”

Ini jadi wake up call buat kita semua. Prestasi akademik memang penting, tapi bukan segalanya. Mental health anak juga sama pentingnya.

Kenapa Kasih Sayang Itu Penting Banget?

Otak anak itu amazing banget. Pas dia merasa aman dan dicintai, otaknya jadi lebih siap buat belajar dan berkembang. Ini bukan cuma teori kosong ya. Ada banyak riset yang buktiin kalau anak-anak yang tumbuh dengan kasih sayang yang cukup punya:

– Kemampuan sosial-emosional yang lebih baik

– Prestasi akademik yang lebih stabil

– Kreativitas yang lebih berkembang

– Mental yang lebih tangguh

– Kepercayaan diri yang lebih tinggi

– Kemampuan problem-solving yang lebih baik

– Lebih mudah beradaptasi dengan perubahan

– Hubungan pertemanan yang lebih sehat

Tanda-tanda Anak Kurang Kasih Sayang

Sebagai orangtua, kita perlu peka sama tanda-tanda ini:

1. Anak jadi pendiam dan menarik diri

2. Sering acting out atau membangkang

3. Prestasi sekolah tiba-tiba menurun

4. Mudah marah atau sensitif

5. Sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut

6. Sulit tidur atau tidur berlebihan

7. Kehilangan minat pada hobi yang dulu disukai

Gimana Dong Caranya Seimbangin Aturan dan Kasih Sayang?

1. Quality Time Itu Wajib

Luangin waktu khusus buat anak setiap hari, minimal 15 menit. Bisa ngobrol santai, main bareng, atau sekadar pelukan. Yang penting fokus sama dia, HP ditaruh dulu ya!

2. Dengerin Ceritanya

Pas anak cerita, dengerin beneran. Jangan sambil scrolling Instagram atau mikirin kerjaan. Tunjukin kalau kita tertarik sama dunianya.

3. Kasih Pujian yang Spesifik

Jangan cuma bilang “bagus” atau “pintar”. Lebih baik bilang, “Wah, kamu udah berusaha keras ngerjain PR matematika ya. Mama/Papa bangga lho!”

4. Bikin Aturan Bareng-bareng

Ajak anak diskusi soal aturan di rumah. Kenapa aturan itu penting? Apa konsekuensinya kalau dilanggar? Dengan gini, anak nggak merasa dipaksa.

5. Tunjukin Empati

Kalau anak lagi sedih atau marah, akuin perasaannya. Bilang, “Papa/Mama ngerti kamu kecewa…” bukan malah, “Udah dong, jangan cengeng!”

6. Jadilah Role Model

Anak belajar dari apa yang dia lihat, bukan cuma dari apa yang kita bilang. Tunjukin gimana cara mengelola emosi dengan sehat.

7. Bikin Ritual Keluarga

Misalnya makan malam bareng tiap hari atau movie night tiap weekend. Ritual sederhana ini bisa bikin ikatan keluarga makin kuat.

Tips Praktis untuk Orangtua yang Ingin Berubah

1. Mulai dari Hal Kecil

Nggak perlu langsung berubah 180 derajat. Mulai dari hal-hal kecil, seperti:

– Pelukan sebelum berangkat sekolah

– Nonton kartun bareng di weekend

2. Kenali Trigger Points

Sadar kapan kita mulai emosi dan cenderung jadi otoriter. Biasanya ini terjadi pas:

– Kita capek atau stres

– Anak nggak sesuai ekspektasi

– Kita merasa gagal sebagai orangtua

3. Praktekin Self-Care

Orangtua yang bahagia = anak yang bahagia. Jangan lupa urus diri sendiri ya!

4. Join Komunitas Positif

Cari komunitas orangtua yang supportive. Bisa lewat grup WhatsApp atau pertemuan rutin.

Inget ya, disiplin memang penting, tapi kasih sayang jauh lebih penting. Anak-anak yang merasa dicintai dan dihargai bakal lebih mudah nurut sama aturan dibanding yang cuma dikasih aturan doang.

Kita nggak perlu jadi orangtua yang sempurna kok. Yang penting, setiap hari kita usaha buat lebih baik. Mulai dari hal kecil kayak pelukan pagi atau ucapan “I love you” sebelum tidur.

Jadi, mulai sekarang, yuk kita coba seimbangin antara aturan dan kasih sayang. Percaya deh, hasilnya bakal bikin kita takjub. Soalnya anak-anak itu kayak bunga: mereka butuh air (aturan) buat tumbuh, tapi juga butuh sinar matahari (kasih sayang) buat mekar dengan indah.

Strict love is still love, but love without strictness is better than strictness without love. ❤️

- Advertisement -

Share this article

Recent posts

Popular categories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini