Aktif menjadi praktisi terkait pikiran manusia dan pengembangan diri itu seru, banyak sudut pandang berbeda yang membuat warnanya semakin kaya. Saya sering asik menikmati diskusi bersama dengan teman-teman praktisi lainnya. Salah satunya tentang bahasan “menyentuh ranah personal” dari klien yang sedang ditangani. — Bottleneck Dalam Pengembangan Potensi Diri
Beberapa orang teman ada yang menyarankan pada saya “Den, ngapain sih masuk ranah terapi segala? Fokus di coaching aja karena jauh lebih asik gak perlu masuk ke ranah personal klien.”
Iya memang benar, masuk ke ranah personal seseorang itu tidak mudah. Apalagi ketika seseorang memiliki isu tertentu, ranahnya sudah masuk ke ranah psikologi klinis yang bahkan dianggap rumit untuk orang-orang psikologinya sendiri. Teman saya yang kuliah di jurusan psikologi bahkan menghindarinya dan memilih untuk fokus di psikologi industri saja.
Di tulisan ini saya ingin memaparkan pandangan saya terkait topik di atas.
Bottleneck
Istilah bottleneck atau leher botol, banyak digunakan diberbagai bidang untuk menggambarkan penyempitan jalur layaknya leher botol. Saya kenal istilah bottleneck ini awalnya justru di dunia IT.
Agar lebih paham saya akan memberi gambaran pada Anda dari dua contoh kejadian bottleneck di bidang yang berbeda beserta efek yang diakibatkannya.
Contoh pertama, ketika terjadi di lalu lintas bottleneck berarti penyempitan lebar jalan dari kondisi jalan normal. Hal ini bisa diakibatkan karena gangguan kecelakaan, perbaikan jalan, atau masalah lainnya. Terjadinya bottleneck di lalu lintas bisa mengakibatkan kemacetan atau perlambatan arus lalu lintas.
Contoh yang kedua, fenomena bottleneck di dunia IT biasanya terjadi pada hardware komputer. Kondisi ini terjadi karena ada bagian tertentu pada komputer yang bekerja lambat, spesifikasinya tidak sebanding sehingga mempengaruhi kondisi dan kinerja komponen lainnya. Hardware yang spesifikasinya lebih tinggi tidak bisa bekerja dengan optimal karena harus menyesuaikan kecepatan atau menunggu proses yang dilakukan oleh hardware lain yang lebih lambat .
Sekarang coba Anda bayangkan, apakah fenomena bottleneck ini bisa terjadi pada manusia? Kira-kira bagaimana akibatnya jika manusia mengalami bottleneck?
Bottleneck Pada Manusia
Ya, benar sekali! Bottleneck juga bisa terjadi pada manusia. Saya akan coba paparkan contoh bottleneck yang dialami manusia dikarenakan pikirannya, karena memang ini ranah tempat saya berbicara. Ranah penyusun lainnya seperti sisi fisik dan spiritual sudah ada ahlinya masing-masing.
Awal-awal menjadi life coach saya dibuat cukup kaget dengan statement dari coachee yang saya tangani. Saat itu sampai di modul citra diri, saya bertanya pada coachee saya “Bisakah Anda bantu saya membayangkan dan merasakan moment yang membuat Anda bahagia?”. Coachee saya menjawab cukup ofensif, “Boro-boro mas, bahkan untuk membayangkan (visualisasi) diri saya bahagia saja saya pikir itu tidak mungkin! Kalo bisa bahagia seperti orang lain rasanya itu bukan diri saya!”.
Pertanyaannya, dengan keadaan seperti ini dia bisa maju dan berkembang? Tentu bisa!
Tapi apakah potensi dia bisa muncul dan berkembang secara optimal? Tentu tidak!
Bottleneck terjadi karena bahkan dia tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk bisa bahagia, sehingga fisik dan spiritualnya pun lambat laun akan sinkron dan mengikuti pikirannya. Apalagi ditambah statement, “Kalo bisa bahagia seperti orang lain rasanya itu bukan diri saya!”.
Ini merupakan salah satu contoh kasus yang ada di sekitar kita, di perjalanan ternyata banyak saya temui orang-orang yang memiliki bottleneck dalam dirinya.
Isu Personal Penyebab Terjadinya Bottleneck
Lalu apa penyebab bisa terjadinya bottleneck pada pikiran manusia? Jika saya kaji dari pengalaman menangani klien atau coachee, bottleneck terjadi akibat adanya isu personal seperti mental block, sampah emosi, trauma, dan gangguan kejiwaan (di ranah ini biasanya saya juga kerja sama atau setidaknya konsultasi lebih lanjut dengan rekan psikiater).
Dalam kondisi seperti ini mau tidak mau kita harus masuk ke ranah personal untuk memperbaiki sisi yang tidak sinkron ini, dengan harapan ketika ini membaik maka performa akan meningkat lebih optimal daripada sebelumnya.
Sekali lagi saya akui bahwa masuk ke ranah personal ini tidak mudah, namun melihat hasil ketika bottleneck ini bisa ditangani dengan baik membuat saya merasa puas dan lega. Klien atau coachee yang saya tangani bisa berkembang jauh lebih optimal daripada sebelumnya. Perkembangannya jauh lebih baik dan lebih cepat daripada yang saya dan mereka perkirakan.
Tanpa bermaksud menyerang dan menyudutkan teman-teman praktisi lainnya, tapi hal ini yang jadi pertimbangan saya untuk tetap menjalani praktik sebagai seorang Mind Consultant & Therapy dan Life Coach bersamaan. 😉
Beda cerita ya kalo ranahnya masuk ke ranah business coaching, saya pun setuju untuk tidak menyentuh ranah personal untuk setiap partisipannya apalagi jika satu perusahaan yang kita coaching. Namun, saya pribadi akan tetap menyarankan orang-orang di posisi tertentu (penting) untuk mengambil sesi life coaching. Memiliki orang di posisi penting yang terjangkit bottleneck tentu berpengaruh pada keoptimalan kinerja kan? 😀
Semoga bermanfaat!