Hallo teman-teman, selamat datang kembali di 101mind.com, dan khususnya selamat datang kembali di tulisan saya. Setelah kurang lebih selama 2 bulan ke belakang saya (khususnya) dan kami tim 101mind.com “beristirahat”, inilah saatnya kami kembali berbagi cerita melalui tulisan ini kepada teman-teman semua. So ya,selamat menikmati lagi tulisan kami 🙂 — Mengambil pelajaran hidup dari sebuah perjalanan.
Tulisan ini adalah suatu bentuk ekspresi saya mengenai alasan mengapa saya begitu senang dan selalu bersemangat ketika akan melakukan suatu perjalanan, kemanapun, bahkan hanya ke pasar pun saya senang. Apa alasannya? Melalui sebuah perjalanan saya bisa belajar banyak dari hal-hal yang saya alami dan menemukan hal baru dari orang-orang yang saya temui. Seperti beberapa hari yang lalu, kebetulan saat itu saya harus menjemput kedua orangtua saya yang akan tiba dari Makassar di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.
Dan cerita bermula dari sini
Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 16.00. Untuk sampai di Bandara Soetta, saya memperkirakan akan tiba dalam waktu 4 jam. Perjalanan berjalan lancar hingga sesampainya tiba di tol Cikampek tepatnya di lokasi konstruksi proyek kereta cepat Bandara. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 18.00. Kondisi jalanan macet panjang sekali, stuck sampai kurang lebih 1 jam mobil hanya bergerak sekitar 500 meter saja. Karena saya terbiasa tinggal di kota kecil yang bebas macet, maka ketika menemui kondisi seperti ini saya kaget dan sedikit stress. Lalu saya mengirim pesan WhatsApp kepada adik saya “gila macetnya, ga kuaaattttt, aku stressssssss” adik saya membalas “hahaha, yaaaa nikmati aja nanti juga sampe”. FYI,
adik saya kebetulan bekerja di Jakarta dan selalu melewati rute ini setiap 2 minggu sekali ketika pulang ke rumah.
Sepanjang kemacetan itu saya melihat pemandangan para pekerja proyek yang masih sibuk dengan pekerjaan mereka padahal hari sudah gelap. Juga melihat supir mobil box yang sesekali menelungkupkan kepalanya ke stir lalu mengangkatnya kembali dan mengusap wajah dengan tangannya tanda lelah. Kemudian ada lagi pemandangan beberapa pengemudi mobil pribadi yang memainkan gadget-nya, sendirian, mungkin mereka sedang berkabar dengan keluarganya atau sekedar scrolling timeline media sosial. Saya mulai “menikmati” kemacetan itu karena ya mau gimana lagi 🙂
Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan sekitar 5,5 jam, sekitar pukul 21.30 saya tiba di Bandara. Yang paling pertama saya lakukan adalah menuju toilet. Begitu masuk ke dalam toilet, saya sedikit kaget karena “disambut” oleh 3 orang petugas cleaning service. Mereka masih berseragam lengkap sedang duduk lesehan di lantai toilet dibawah wastafel, tampak sedang beristirahat sambil mengobrol. Yang saya kagetkan adalah, mereka semua ibu-ibu usia 40-an dan selarut itu masih bekerja. Selesai dari toilet saya kembali menuju mobil dan melihat anak saya bangun. Akhirnya saya, suami dan anak, memutuskan untuk menunggu di pelataran terminal kedatangan.
Ketika menunggu
Tiba di pelataran terminal kedatangan, saya mengecek jadwal kedatangan pesawat dan ternyata pesawat yang ditumpangi orangtua saya delayed. Tidak lama kemudian Bapak saya menghubungi saya dan benar, pesawat delayed dan diperkirakan tiba di Tangerang pukul 00.00 dini hari. Akhirnya saya menunggu sambil duduk-duduk dan melihat sekeliling.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 22.00 saat itu dan banyak kios, minimarket dan restoran makanan cepat saji yang masih buka. Lalu ada lagi pemandangan supir taksi Bandara yang masih bersabar menunggu giliran untuk mendapat penumpang. Sesekali saya melihat juga beberapa orang yang lalu lalang masih mengenakan seragam lengkap, perkiraan saya mereka petugas Imigrasi Bandara.
Mulai bosan dan sedikit mengantuk lalu saya memutuskan untuk kembali ke mobil. Masih ada beberapa mobil lain yang terparkir disana, pikir saya mungkin mereka sama seperti saya, sedang menunggu kerabat/keluarganya tiba. Tapi kemudian dari dalam mobil saya tidak sengaja mendengar percakapan tiga orang laki-laki paruh baya yang sedang memperdebatkan siapa yang berhak atas uang Rp 50.000,- yang baru saja mereka dapatkan setelah membantu membawakan barang salah seorang penumpang yang baru landing. Entah mereka calo atau supir taksi ilegal, saya tidak yakin.
Pelajaran hidup yang saya dapatkan dari perjalanan ini
Para pekerja proyek yang masih bekerja padahal hari sudah gelap, mereka rela meninggalkan kamar yang nyaman dirumahnya. Dengan mata yang terbuka lebih lama dari biasanya. Dengan keringat yang mengucur lebih banyak dari biasanya. Dan lebih dari itu, ada kerinduan yang harus mereka tahan untuk keluarga, anak dan istrinya. Demi tanggung jawab pekerjaan yang harus terselesaikan untuk kepentingan orang banyak.
Supir mobil box yang selarut itu masih harus berjibaku dengan kemacetan. Demi memastikan muatan selamat sampai di tujuan. Demi mengantarkan pesan orang banyak. Mungkin mereka merindukan kasur empuk mereka dirumah.
Para Ibu petugas cleaning service yang selarut itu masih harus membersihkan kotoran orang lain. Memastikan orang-orang merasa nyaman ketika membuang hajat. Rela bersentuhan dengan dinginnya angin malam dan berjauhan dengan suami serta anak-anak tercinta.
Para pekerja di Bandara yang selarut itu masih membantu orang lain. Entah kapan waktu beristirahat mereka. Ketika orang lain tertidur di kamar yang nyaman, orang-orang ini masih harus terjaga, memastikan orang-orang merasa nyaman, memastikan orang-orang selamat sampai di tujuan, memudahkan orang-orang untuk mendapatkan makanan pengganjal ketika menunggu.
Semua kejadian yang saya lalui dan semua pemandangan yang saya lihat membuat saya belajar satu hal yaitu, lakukan segala sesuatu sepenuh hati dan dengan tanggung jawab sekalipun hal tersebut tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Serta jangan pernah gelisah memikirkan sesuatu yang bahkan belum terjadi. Karena sejatinya tidak semua hal akan berjalan dan terjadi sesuai dengan yang kita kehendaki. Ada takdir yang mengatur segalanya, yakini saja bahwa apa yang menjadi takdir kita, itu adalah yang terbaik yang Allah pilihkan. Tugas kita hanya tinggal menjalani takdir tersebut dengan ikhlas dan sebaik-baiknya. Urusan rezeki, ada Allah sebaik-baik Pemberi Rezeki.
“Apa yang telah melewatkanku, tidak akan pernah menjadi takdirku. Dan apa yang ditakdirkan untukku, tidak akan melewatkanku.”
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini dan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan. Semoga bisa memberi manfaat untuk siapapun yang membacanya 🙂