Seperti janji saya sebelumnya, pada tulisan kali ini saya ingin melanjutkan pembahasan mengenai Pelakor. Pada tulisan sebelumnya saya sudah membahas tentang apa itu pelakor, kenapa sampai ada pelakor, dan faktor apa saja yang menyebabkan terlahirnya seorang pelakor. Dalam tulisan kali ini saya akan melanjutkan dengan membahas, ketika sebuah hubungan terlarang sudah terjadi, siapa yang harus disalahkan? Dan apa yang bisa dilakukan apabila hal ini sudah terlanjur terjadi pada rumah tangga Anda?
Siapa yang harus disalahkan?
Perselingkuhan terjadi karena adanya kesempatan. Salah satunya kebiasaan lelaki yang senang bercanda dengan lawan jenis tanpa mempertimbangkan hal tersebut akan disalah artikan yang berujung pada timbulnya rasa cinta buta (dan terlarang). Karena tanpa mereka (lelaki) sadari, sifat perempuan yang lebih menggunakan perasaan (baper) ketimbang logikanya dalam hal apapun akan menyebabkan malapetaka atas bercandaannya tersebut.
Yang lebih parah lagi, sementara sang istri berusaha untuk percaya dan setia menjaga rumah tangga mereka, beberapa lelaki malah terkadang senang tebar pesona. Apalagi ketika Ia merasa dirinya memiliki tampang yang menarik dan atau pekerjaan yang bagus. Dan buruknya, hal ini sering kebablasan sehingga akhirnya mereka terhanyut ke dalam sebuah cinta terlarang. Lalu saat sudah ketahuan yang terus disalahkan hanya si pelakornya seorang. Sementara si lelaki seringnya dimaklumi karena alasan sesederhana khilaf. Sungguh mengesalkan dan terasa tidak adil.
Jadi, kasus perselingkuhan terjadi bukan hanya karena perkara si pelakor yang ganjen, bukan juga soal si pelakor yang tidak punya hati. Tapi lebih dari itu perilaku beberapa lelaki yang sering memamerkan diri seolah-olah Ia adalah pria lajang pun punya andil dalam dalam terjadinya perselingkuhan.
Ketika perselingkuhan sudah terjadi, lalu siapa yang harus disalahkan? Yang dilakukan seorang pelakor, dalam hal ini mengganggu hubungan yang sudah dipayungi institusi pernikahan, secara dunia-akhirat tentu salah. Tapi seperti yang saya sebutkan di tulisan sebelumnya (Pelakor), tanpa berniat membela siapapun, kita tidak bisa menumpahkan kesalahan hanya pada si pelakor seorang. Karena perselingkuhan merupakan interaksi dua arah, terdapat dua pelaku aktif di dalamnya. Maka si lelaki pun sama-sama punya andil dalam terjadinya perselingkuhan ini.
Bagaimana agar suami Anda tidak tergoda oleh pelakor?
Seperti yang kita ketahui bahwa pernikahan akan selalu satu paket dengan segala permasalahannya. Salah satu permasalahan yang paling merisaukan adalah hadirnya seorang pelakor dan perselingkuhan. Nah, berikut ada beberapa tips yang bisa dilakukan, walaupun tidak menjamin 100% suami Anda tidak tergoda oleh pelakor, paling tidak bisa memperkecil kemungkinannya.
- Ciptakan “Rumahku Surgaku” untuk suami. Buatlah rumah dan diri Anda menjadi tempat senyaman mungkin untuk suami “pulang”. Ciptakan suasana hangat yang akan menjadikan Ia betah tinggal di dalamnya sehingga seburuk apapun hari yang suami Anda lalui, Anda dan rumah tetap menjadi tempat terbaik baginya untuk pulang. Jadilah teman terbaik baginya yang bisa mendengar segala cerita dan keluhannya, sehingga Ia tidak akan mencari sosok itu pada diri perempuan lain.
- Hormati suami sebagai kepala keluarga. Bagaimanapun kondisi suami Anda, Ia tetap pemimpin dalam keluarga Anda. Pemimpin tentu harus dihormati dan dihargai agar tercipta keharmonisan dan kenyamanan dalam rumah tangga yang sedang dibina. Jangan pernah menyembunyikan sesuatu darinya dan biasakan untuk mendiskusikan segala sesuatu yang ingin Anda lakukan. Se-menyebalkan apapun suami Anda, cobalah untuk tetap menahan diri untuk tidak berkata-kata atau bertindak yang akan menyinggung perasaannya.
- Utamakan suami daripada keluarga Anda. Ketika seorang wanita memutuskan untuk menikah, tentu Ia harus sudah tahu bahwa Ia berpindah tanggungjawab kepada suaminya. Maka ketika sudah menikah minta izinlah terlebih dahulu kepada suami sebelum melakukan apapun termasuk hal-hal yang berkaitan dengan keluarga Anda. Selalu dahulukan kepentingan suami diatas kepentingan keluarga Anda. Tapi walau bagaimanapun, suami yang baik tentu tidak akan menjauhkan istri dari keluarganya.
- Sayangilah mertua Anda. Setelah menikah maka mertua Anda adalah orangtua Anda juga. Hampir semua lelaki ketika memilih calon istri, Ia akan memilih perempuan yang akan menyayangi mertua. Sebab bagi lelaki memberikan menantu yang baik terhadap mertua adalah suatu kebahagiaan. Maka sayangi dan hargailah mertua Anda, maka suami Anda pun akan melakukan hal ayng sama kepada Anda.
- Jangan terlalu sering berkunjung ke rumah orangtua Anda. Ketika Anda sudah menikah dan menempati rumah baru bersama dengan suami, kurangilah intensitas berkunjung ke rumah orangtua Anda. Sebagaimanapun rindunya Anda kepada orangtua Anda, lebih baik buatlah waktu-waktu tertentu untuk bisa mengunjungi mereka bersama suami.
Ketika rumah tangga Anda sudah terlanjur diusik oleh kedatangan pelakor, apa yang harus dilakukan?
Setiap wanita pasti memiliki ekspektasi yang tinggi ketika memulai suatu pernikahan. Namun ketika ekspektasi tersebut rusak akibat kehadiran pelakor, perasaan pasti akan sangat hancur. Memang tidak mudah, namun walaupun demikian, bertindaklah elegan dengan tetap jadi wanita kuat dan jangan jadi seseorang yang menyedihkan. Ketika ingin meluapkan rasa sakit di hati, pilihlah tempat yang tepat, carilah seseorang yang tidak akan berpihak kepada siapa-siapa. Hindari curhat di media sosial, hal ini tidak akan banyak membantu selain hanya akan membuka aib rumah tangga Anda.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak bertemu si pelakor. Tapi ingat, lakukan dengan kepala dingin, jangan lakukan saat Anda sedang emosi tinggi. Jika perlu, ajak serta suami Anda untuk menghindari adanya rekayasa cerita dan miss communication. Jangan posisikan diri Anda sebagai korban, cobalah tetap fokus hanya untuk menyelesaikan masalahnya saja. Dengan begitu Anda bisa mendapat banyak fakta, selain itu segala kemungkinan bisa terjadi dan akan sangat mungkin hal ini sangat menyakitkan hati Anda. Nah, dari pertemuan itu, harapannya adalah Anda dapat mengambil keputusan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Memutuskan untuk memberi kesempatan kedua kepada suami atau berpisah. Jika Anda memutuskan untuk memberi kesempatan kedua, cobalah untuk bersikap dewasa dan jangan mengungkit-ungkit kesalahan lalu. Cobalah untuk percaya pada suami Anda namun tetap waspada dan tidak lupa untuk introspeksi dan selalu memperbaiki diri agar kejadian seperti sebelumnya tidak terulang lagi.
Apabila cara-cara diatas sudah dilakukan namun tidak membuahkan hasil, yang terakhir yang bisa dilakukan adalah merelakannya. Pada dasarnya siapapun bisa membuat kesalahan dan berhak mendapatkan kesempatan kedua. Namun tetap, mengkhianati komitmen pernikahan bukanlah perkara sepele, hal ini sangat fatal. Sekalipun Anda memberi kesempatan kedua dan suami Anda menunjukkan perubahan, luka dan rasa sakit yang Anda dapat dari pengkhianatan tidak akan hilang dengan mudahnya. Maka pilihan terakhir dan yang terbaik adalah membiarkan segalanya berakhir dan hiduplah dengan tenang tanpa dendam. Temukan kebahagiaan Anda sendiri yang lain tanpa mengingat dan berlarut-larut dalam masa lalu.