Ketika membaca judul diatas mungkin Anda langsung teringat sebuah judul buku terjemahan yang ditulis oleh Mark Manson, seorang blogger yang blognya telah dibaca lebih dari dua juta pembaca dengan judul asli The Subtle Art of Not Giving A F*ck. Pada tulisan ini Saya tidak akan mengulas terlalu banyak isi buku tersebut karena sejujurnya Saya belum membaca bukunya, baru membaca beberapa ulasannya saja. Saya hanya ingin membagikan insight tentang isu ini menurut kacamata pribadi ditambah sedikit ulasan buku tersebut yang sudah saya baca . — Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
“Mbak, capek-capek kuliah, tapi kok ga kerja? Apa gak sayang gelarnya? Ijazahnya? Cari kerja dong, Mbaknya”
“Mbak, anaknya itu lho, kok umur segini belum lancar jalannya? Dibeliin baby walker dong biar cepet belajar jalannya?
Pernahkah Anda mengalami mendengar pertanyaan semacam contoh diatas dilontarkan kepada Anda? Saya pernah, dan sering! Hehehe. Contoh diatas hanya salah dua dari sekian banyak pertanyaan yang kalau orang Sunda bilang “asa teu kudu” untuk diucapkan yang pernah saya terima dan masih banyak yang lainnya. Awalnya Saya sering kesal ketika mendengar pertanyaan semacam itu sampai bisa mengganggu mood seharian bahkan untuk beberapa hari kedepan. Tapi lama kelamaan saya sudah bisa belajar untuk tidak terlalu memedulikannya, entah sudah terbiasa karena saking seringnya entah memang betul-betul sudah tidak peduli alias bodo amat. Yang pasti sangat melegakan ketika suatu hari Saya mendengar perkataan atau pertanyaan semacam itu lagi dan Saya sudah tidak terganggu lagi.
Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal; tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting
Kutipan diatas adalah salah satu yang disebutkan Mark Manson dalam bukunya. Saya sangat sepakat dan itu juga yang menjadi pemikiran Saya sehingga pada akhirnya tidak terlalu memperdulikan ucapan-ucapan seperti yang saya sebut diawal. Terkadang bersikap bodo amat memang diperlukan, untuk menghindari overthinking yang pada akhirnya hanya akan merugikan diri kita sendiri. Karena orang yang mengucapkan sudah pasti tidak tahu alasan Saya memilih jadi IRT padahal saya seorang sarjana. Juga mereka belum tentu mengetahui dampak buruknya penggunaan baby walker dan saya juga punya cara tersendiri untuk menstimulasi kemampuan berjalan anak saya saat itu.
Berikut adalah beberapa ulasan dari buku The Subtle Art Of Not Giving A f*ck yang sedikit banyak relate dengan contoh kasus yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
1. Apa yang salah dengan selalu memedulikan sesuatu?
Sebelum memutuskan untuk belajar lebih bodo amat terutama dalam menghadapi hal-hal yang dirasa kurang penting, Saya adalah tipe orang yang akan memedulikan segala sesuatu yang saya alami, saya ucapkan, ucapan yang saya terima, dan lain-lain. Tidak bisa dipungkiri, hal tersebut sangat mengganggu pikiran Saya sehingga berakibat pada terganggunya juga aktivitas sehari-hari. Misalnya, ketika ada yang mempertanyakan kenapa saya menjadi IRT padahal Saya sarjana, Saya cenderung akan fokus pada hal yang tidak terjadinya (tidak bekerja). Padahal Saya tau jelas alasan saya memilih jalan ini, dan lebih banyak hal yang harusnya Saya syukuri dari jalan ini. Terlalu memikirkan sesuatu terutama yang kurang penting hanya akan membuang-buang waktu dan membuat Anda emnjadi tidak bersyukur.
2. Ketika Anda tidak memiliki masalah, maka pikiran Anda yang akan menciptakannya!
Otak Anda memiliki kecenderungan menciptakan masalah ketika Anda tidak memilikinya. Misalnya ketika Anda tidak memiliki pakaian yang sedang menjadi trend, sementara teman Anda memilikinya, itu hanyalah masalah palsu yang diciptakan oleh pikiran Anda karena sedang tidak memiliki masalah nyata. Hal seperti ini harus diwaspadai karena secara tidak sadar dapat memengaruhi kebahagiaan Anda. Maka dari itu, adalah suatu keharusan untuk belajar bersikap bodo amat dengan tidak memberikan ruang untuk memikirkan/memedulikan hal-hal yang tidak penting. Karena jika Anda akan tetap memperhatikan ketidaknyamanan kecil seperti itu maka hal-hal tersebut tidak akan pernah berakhir.
3. Waktu Anda terlalu berharga untuk selalu memedulikan segala sesuatu.
Fakta paling penting dalam hidup yang selalu Anda lupakan, bahwa Waktu Anda sangatlah terbatas. Alih-alih selalu memikirkan segala sesuatu, fokuslah pada hal-hal yang memang perlu dan harus Anda perhatikan. Hidup Anda adalah karunia pemberian Tuhan yang paling berharga. Maka jangan menyia-nyiakan hidup Anda dengan selalu memedulikan hal-hal yang hanya akan membuat Anda tidak bahagia. Mulailah belajar untuk memilah permasalahan yang harus Anda pedulikan dan mana yang harus Anda abaikan.
4. Jangan hanya mencintai hasilnya, tapi cintailah prosesnya.
Sebagian besar orang lebih fokus dan peduli pada hasil karena berkaitan dengan kesuksesan tanpa memerhatikan prosesnya. Padahal ketika Anda berpikiran seperti ini justru malah cenderung akan mengalami kegagalan daripada memperoleh kesuksesan yang didambakan. Anda harus belajar mencintai proses untuk menjadi bahagia karena ketika Anda menikmati prosesnya maka Anda senang melakukannya. Ketika Anda menikmati melakukan sesuatu, maka Anda akan melakukannya berulang kali sehingga tidak dapat dipungkiri akan membuat Anda menjadi ahli. Dalam hal ini, dengan bersikap bodo amat terhadap hasil dan fokus pada proses, justru Anda akan mencapai hasil yang didambakan bahkan lebih dari ekspektasi Anda.
5. Lupakan ego diri Anda
Ketika ego Anda sudah menguasai diri Anda, maka saat itu juga Anda telah berhenti belajar. Jika Anda selalu berpikir bahwa Anda adalah manusia paling hebat yang mengetahui segalanya, Anda tidak akan lagi mendengarkan orang lain. Anda akan mulai hidup dalam penyangkalan. Oleh karena itu mengesampingkan ego dapat membuat diri Anda lebih berkembang karena dapat menerima pendapat dan belajar dari orang lain. Dalam hal ini Anda belajar untuk bersikap bodo amat terhadap siapa diri Anda, tidak peduli Anda berpendidikan tinggi dan memiliki jabatan bagus. Tapi ketika Anda membutuhkan bantuan atau pendapat orang lain, Anda harus mengesampingkan itu semua dan mulailah belajar dari orang lain.
6. Bertanggungjawablah terhadap permasalahan Anda
Masalah tidak dapat dihindari, mencoba menghindarinya tidak akan membantu apa-apa. Jadi alih-alih dikendalikan oleh masalah, lebih baik Anda yang mengendalikannya dengan memikrikan solusinya. Bertanggungjawab untuk menyelesaikan masalah tidak hanya membuat Anda lebih kuat, tetapi juga membuat Anda lebih pintar. Sehingga selanjutnya ketika Anda menghadapi suatu permasalahan Anda sudah terbiasa fokus pada solusinya, bukan pada permasalahannya.